"Unit motorik" atau "otot" telah lama dianggap sebagai elemen kuantal dalam pengendalian gerakan. Namun, dalam beberapa tahun terakhir, penelitian baru telah membuktikan adanya interaksi yang kuat antara serat otot dan jaringan ikat intramuskular, serta antara otot dan fasia, yang menunjukkan bahwa otot tidak lagi dapat dianggap sebagai satu-satunya elemen yang mengatur gerakan. Selain itu, persarafan dan vaskularisasi otot sangat berhubungan dengan jaringan ikat intramuskular. Kesadaran ini mendorong Luigi Stecco, pada tahun 2002, untuk menciptakan istilah baru, "unit myofascial", untuk menggambarkan hubungan ketergantungan bilateral, baik anatomis maupun fungsional, yang terjadi antara fasia, otot, dan elemen aksesori. Tujuan dari tinjauan naratif ini adalah untuk memahami dukungan ilmiah terhadap istilah baru ini, dan apakah benar jika menganggap unit myofascial sebagai elemen dasar fisiologis untuk kontrol motorik perifer.
Semua pengetahuan baru tentang jaringan ikat intramuskular dan fasia serta hubungannya dengan otot mendukung konsep unit myofascial. Memang benar, dari tinjauan ini jelas bahwa untuk menghasilkan kontraksi yang efisien, penting untuk memiliki aktivasi unit motorik yang harmonis, vaskularisasi otot yang baik, dan proprioception yang baik. Semua elemen ini dihubungkan satu sama lain oleh jaringan ikat intramuskular dan fasia di atasnya, yang akibatnya dapat dianggap seperti jembatan, atau lem, yang menghubungkan semua elemen yang terlibat dalam suatu gerakan (Gambar 2). Hal ini juga menjadi jelas bahwa setiap perubahan yang mempengaruhi salah satu elemen ini dapat merusak elemen lainnya juga, sehingga memperburuk masalah [75,76]. Hanya dengan memahami keterhubungan yang kuat ini kita dapat benar-benar memahami nyeri myofascial dan karakteristiknya, dan akibatnya mengusulkan pengobatan yang terfokus secara fisik (Gambar 3). Memang diagnosis dan pengobatannya masih diperdebatkan. Baru-baru ini, Fitzcharles et al., (2022) [77] menulis, “konsep bahwa nyeri muskuloskeletal regional dapat terjadi tanpa adanya kelainan jaringan yang dapat diidentifikasi mungkin membingungkan…”, namun menurut pendapat kami jawabannya dapat ditemukan jika kami mempertimbangkan fasia, dan bagaimana fasia itu sendiri dapat menjadi penyebab rasa sakit, atau memengaruhi kontraksi otot, vaskularisasi area tersebut, atau proprioception.
Kesimpulan
Di antara semua elemen yang terlibat dalam kontraksi otot, jaringan ikat intramuskular menjadi sangat penting, dan pada saat yang sama, unit motorik tidak lagi dapat dianggap sebagai satu-satunya elemen pengorganisasian gerak. Tinjauan naratif ini mendukung hipotesis bahwa semua gerakan dihasilkan oleh elemen penting yang berbeda seperti fasia (jaringan ikat), saraf (MS), dan pembuluh darah (limfatik dan pembuluh darah). Seluruh elemen ini bersinergi untuk mengorganisir gerakan dengan lebih baik dan efisien (Gambar 1). Kemampuan untuk memodulasi unit motorik sinergis, yang terlokalisasi di otot-otot yang berdekatan, akan memfasilitasi pergerakan, meningkatkan efisiensi, dan mengurangi stres sendi.
Kesimpulannya, untuk menilai model organisasi pergerakan yang lebih komprehensif, masuk akal untuk memasukkan hubungan ketergantungan bilateral, baik anatomis maupun fungsional, yang terjadi antara fasia, otot, dan elemen aksesori, semuanya termasuk dalam entitas yang disebut unit myofascial yang mewakili elemen dasar fisiologis untuk koordinasi motorik perifer.